Article by Debiyanto Wirasetya, A.Md.KL

Macet…macet...dan macet…………!!!!!! Mungkin kata “macet” sudah mengendap dan menjadi kerak di dasar otak dan telah membuat banyak orang stress. Macet layaknya iblis yang membelenggu waktu, tidak pandang bulu menghadang di setiap jengkal jalan, dan menjadi musuh abadi warga Jakarta. Mungkin Anda masih ingat dengan lagu anak “Macet Gara-gara si Komo Lewat” dan mungkin Anda juga bertanya-tanya, Who is Komo? Apa mungkin raksasa yang bentuknya mirip Doraemon? Hmmm….yang pasti bukan itu. Atau rombongan presiden? Seperti yang kita ketahui bersama, presiden lewat, jalan harus steril dan pengguna jalan yang lain harus merelakan waktunya untuk mempersilahkan presiden lewat. Wah…enak yah jadi presiden, ngga pernah ngrasain macet. Anda iri? Ngga boleh begitu.. Pantaslah kita menghormati pemimpin negara, pejuang bangsa yang memperjuangkan rakyat demi kesejahteraan bersama. Tapi kok sering di demo? Abaikan itu, yuk kembali lagi pada topik, MACET.

Kenapa yah, Jakarta bisa macet parah? Ada banyak jawabannya. Penyebab utama yaitu pesatnya perkembangan jumlah kendaraan bermotor yang tidak diimbangi dengan perkembangan pembangunan/ peningkatan jalan dan fasillitasnya. Jumlah sepeda motor di seluruh Indonesia saat ini diperkirakan 50 juta unit. Di Jakarta saja, setiap hari (sampai 2010) tercatat lebih dari 8 juta unit kendaraan roda dari total 11 juta kendaraan yang memadati jalan-jalan protokol di Ibu Kota. Sementara itu, panjang jalan di Jakarta 7.650 kilometer dengan pertumbuhan panjang jalan yang hanya 0,01 persen per tahun. Jumlah kendaraan pribadi tercatat lebih banyak dibanding kendaraan umum. Dari total jumlah kendaraan itu, 98 persennya adalah kendaraan pribadi, sisanya angkutan umum.

Kemacetan yang makin menggila di Jakarta dinilai terjadi karena kegagalan pemerintah daerah DKI Jakarta menghadirkan transportasi umum yang nyaman bagi para warganya. Tak adanya transportasi umum yang nyaman membuat masyarakat memilih naik kendaraan pribadi. Bagaimana dengan busway? Busway dinilai belum memenuhi rasa nyaman bagi masyarakat. Masih banyak keluhan dari masyarakat. Jumlah armada busway yang kurang memadai membuat masyarakat harus menunggu lama di halte. Selain itu, masyarakat harus berdesak-desakan di dalam busway. Busway juga disinyalir sebagai salah satu penyebab kemacetan. Adanya jalur khusus busway, tanpa adanya pelebaran jalan, membuat pengguna jalan yang lain harus merelakan hilangnya sebagian jalan dan menyebabkan semakin panjang kemacetan.

Bagaimana cara untuk mengatasi kemacetan? Solusi apa yang harus diupayakan oleh pemerintah? Haruskah pemerintah memindahkan ibu kota ke daerah lain? Efektifkah pembatasan kendaraan bermotor? Pengalihan penggunaan premium ke pertamax membuat jera pengguna kendaraan pribadi dan mau beralih ke kendaraan umum? Apakah pengendara bermotor berkesadaran untuk tertib lalulintas? Macet adalah masalah bersama yang juga harus diselesaikan bersama-sama pula. Kerjasama pemerintah dengan lintas instansi (negeri atau swasta) dan juga pemerintah dengan masyarakat, dibutuhkan untuk dapat menemukan solusi dari permasalahan macet di Ibu Kota Indonesia.

0 comments:

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Debiyanto Wirasetya, A.Md.KL
Debiyanto Wirasetya, a Man, born in Kebumen City at Oktober 28th, 1988, dibesarkan dikeluarga sederhana, Islam is my way, my hobby are singing, swimming, and of course…ngising too, mempunyai harapan dan impian yang unlimited, goal-seeking become a rich man…baik hati dan tidak sombong tentunya, selalu munjunjung tinggi keadilan dan kebenaran juga menumpas kejahatan like Satria Baja Hitam, and present have worked in Port Health Office Class 1 of Tanjung Priok, Jakarta.
Lihat profil lengkapku

Let's Chat...

Flag Counter

free counters

Bunner

Oh Belog

Blog archive

D' Most Popular Post